Wednesday, September 15, 2021

Cerita Iksana

                                                        Foto oleh JESHOOTS.COM dari Unsplash




Silakan kalian kerjakan soal dengan teliti dan pilihlah jawaban yang benar. Total ada 35 soal dengan waktu pengerjaan hanya dua jam, manfaatkan waktu sebaik mungkin. Soal via Google Form akan saya tutup aksesnya sesaat setelah selesainya waktu ujian.
***
Ini adalah aktivitas yang harus kujalani setiap pertengahan dan akhir tahun, aktivitas yang mau tak mau harus dijalani walau dengan setengah hati. Jika dijalankan dengan satu hati pun rasanya akan sama-sama saja, membosankan. Karena aktivitas akhir dan pertengahan tahun ini bisa kubilang sebagai rutinitas semu, aktivitas yang berujung formalitas bagi sebagian orang, termasuk diriku, aktivitas yang apabila dijalani dengan senang atau setengah hati tidak akan banyak berdampak pada masa depan seseorang, paling tidak hanya memengaruhi 1% masa depan seseorang.
Ini adalah sebuah aktivitas yang sejak kecil harus aku jalani, tidak ada pilihan untuk tidak menjalaninya, dengan alasan sebagai jalan meniti masa depan. Aku tidak tahu apakah ini layak untuk disebut sebagai sebuah rutinitas atau hanya sebagai kerikil kecil di tengah jalan yang harus dilewati.
Jika dianggap hanya sebagai krikil di tengah jalan yang harus dilewati, mengapa harus bahkan wajib melakukan aktivitas ini? Mengapa tidak disingkirkan saja aktivitas satu ini jika memang hanya menjadi krikil di tengah jalan, cukup dipindahkan saja ke pinggir jalan, atau ditendang juga bisa, dilindas begitu saja juga sangat mungkin.
Jika dianggap sebagai rutinitas, memang aktivitas ini dilakukan secara rutin, sampai-sampai saking rutinnya aktivitas ini dilaksanakan, ada kebosanan yang melanda diriku dan barang tentu teman-temanku.
***
Hari Senin, hari pertama sekolah mengadakan pekan ujian akhir semester, aku bakal berhadapan dengan soal-soal yang sudah kuprediksi sebelumnya bakal keluar pada ujian akhir semester ini. Teknis ujian akhir semester kali ini cukup berbeda dengan ujian-ujian semester yang sudah kujalani sebelumnya. Ujian semester kali ini dilakukan dari rumahku, lebih tepatnya dari rumah masing-masing peserta ujian, tidak ada aktivitas ujian di dalam ruang kelas layaknya ujian-ujian sebelumnya. Cukup menantang bagi pihak sekolah yang menyelenggarakan ujian secara jarak jauh ini karena yang aku tahu selama ini, sekolah belum bisa memberikan pelayanan baik dengan bantuan teknologi internet, terbukti dengan penyelenggaraan Ujian Nasional yang aku jalani jauh sebelum ujian akhir semester ini, kendala internet masih menghantui pelaksanannya. Lalu evaluasi dilakukan, dan pada penyelenggaraan Ujian Nasional berikutnya, kendala internet masih menjadi momok bagi penyelenggaraan ujian berbasis internet ini, dari berita yang beredar luas di berbagai kalangan. Jika ujian yang berskala nasional saja masih menemui kendala pada internet, bagaimana dengan pelaksanaan ujian yang skalanya lebih kecil, tidak seluas skala nasional, hanya berskala regional — sekolah.
Semoga ujian dapat berjalan dengan lancar.
***
Mohon maaf, Bu … kami belum mendapatkan akses untuk mengisi soal ujian yang baru saja Ibu berikan, mohon berkenan untuk memberikan kami akses, karena sudah hampir 15 menit kami tidak bisa mengakses soal ujian. Terimakasih.
Sebuah pesan Whatsapp masuk, berdenting di telingaku, membuat refleks tanganku untuk membuka pesan yang baru saja tiba. Pesan dari temanku. Ia menanyakan akses untuk mengisi soal ujian yang diberikan gurunya sendiri … pesan ini cukup membuatku geli.
Tak lama berselang, sebuah pesan balasan masuk, aku tebak pesan ini adalah dari guruku, tetapi tebakanku meleset, ini adalah pesan dari temanku yang lain, yang mengeluhkan hal yang sama, tidak bisa mengakses soal ujian.
Iya, Bu … saya juga belum bisa mengakses soal ujiannya
Saya juga, Bu …
2in
3in
4in
Lalu, sebuah pesan masuk lagi, kali ini pesan dari guru.
“Mohon maaf sebelumnya, anak-anak karena tidak bisa mengakses soal ujiannya.”
“204658TR. Itu adalah token untuk mengakses soal ujian hari ini. Terimakasih.”
Akhirnya, setelah 15 menit menunggu token atau kode untuk mengakses soal ujian, Bu Guru kemudian memberikannya.
“Bu, apakah ada tambahan waktu untuk mengisi soal ujiannya? Kan tadi soalnya ujiannya nggak bisa dikerjain, baru bisa dikerjain 15 menit kemudian. Terimakasih.”
“Iya, Bu … udah 15 menit molor dari jadwal.”
Lalu, Bu Guru menjawab dengan santai.
“Tidak ada tambahan waktu ya, anak-anak … silakan dikerjakan saja soal yang ada … mudah, kok … semua soal adalah pilihan ganda … 15 menit juga biasanya kalian sudah selesai mengerjakannya ….”
“Baik, Bu.”
“Baik, Bu.”
“Oke, Bu.”
Balas teman-temanku lewat pesan Whatsapp. Aku pun segera membuka soal ujian yang harus kukerjakan dengan waktu yang sudah terbuang selama 15 menit, tidak masalah, lagipula, Bu Guru sudah memberi pesan bahwa semua soal bisa diselesaikan dalam waktu 15 menit, bukan masalah besar.
Hanya soal pilihan ganda yang hampir setiap ujian aku dapatkan, semenjak menduduki bangku sekolah dasar pun model soal semacam ini bukan lagi menjadi momok menakutkan, saat ini, saat di mana aku duduk di bangku sekolah menengah atas, saat kegiatan ujian tidak bisa dilaksanakan sebagaimana mestinya, lalu guru memilih untuk menguji murid-muridnya dengan menyodorkan soal-soal pilihan ganda … it’s very easy.
***

Foto oleh Andre Hunter dari Unsplash
Malam hari, ketika makan malam sudah habis tandas, piring-piring sudah bersih tercuci dengan air dan sabun pembersih, menyisakan aku yang masih duduk menghadap meja makan tanpa ada apa pun di depanku. Ibu masih sibuk mencuci piring di dapur.
“Bu ….” Aku memanggil Ibu yang berada di dapur. Ternyata ia sudah selesai mencuci piring. Selepas mencuci piring, Ibu mengambil sebuah cangkir kosong dan sebuah teh celup lalu dimasukkan kantong teh celup itu ke dalam cangkir dan air panas mengguyur kantong teh celup sekaligus mengisi ruang di dalam cangkir yang kosong tadi.
“Iya … ada apa, Nak?” Ibu lalu berjalan menghampiriku yang sedang duduk di meja makan. Dari dapur, Ibu membawa secangkir teh celup hangat.
Ibu lalu menarik kursi untuk dirinya duduk, menaruh cangkir berisi teh celup di hadapannya, lalu membuka suara.
“Ada masalah apa lagi dengan ujianmu?”
“Ibu tadi dapat kabar dari guru biologimu … katanya kamu bikin ulah lagi pas ujian pagi tadi.”
“Hmm … seperti biasa, Bu …”
“Kamu apakan lagi itu soal pagi tadi?”
“Kamu nggak ngisi soal lagi, kayak ujian tengah semester lalu?” Ibu langsung memberondongku dengan pertanyan-pertanyaanya.
“Enggak, kok … aku isi semua soal yang dikasih sama guru ….”
“Terus kenapa kena marah kalau kamu sudah mengisi semua soal dari guru?”
“Aku ngisi soal … tapi jawabannya beda dengan pilihan jawaban yang ada di soal.”
Ibu sedikit bingung dengan pernyataan terakhirku ini … ia lalu mencucup teh celup hangatnya, barangkali pikirannya perlu dihangatkan dari pernyataan terakhirku, ia lalu kembali bersuara.
“Ya pantes guru marah sama kamu … udah capek-capek bikin soal dan pilihan jawaban … kamu malah ngeyel bikin jawaban sendiri.”
“Ya, tapi, Bu … dari zaman aku SD sampe sekarang SMA dan udah tiga kali lebih ganti menteri pendidikan … masa ujiannya pake model soal yang sama … pilihan ganda terus … aku bosen, Bu … ngerjain soal pilihan ganda terus … ya masa guru-guru nggak bosen bikin soal pillihan ganda terus?”
“Kalau itu Ibu nggak tahu alasannya ….” Ibu kembali mencucup teh celup hangatnya. “Kamu dimarahin sama siapa lagi, selain sama guru biologi?”
“Guru bahasa Indonesia, guru geografi, sama … guru biologi yang tadi lapor ke Ibu….”
“Cuma guru biologi aja sih yang lapor ke Ibu … guru bahasa Indonesia dan guru geografi cuma marahin aku lewat Whatsapp … enggak sampe lapor ke Ibu.”
Raut wajah Ibu mulai berubah, teh celup hangatnya tidak dicucupnya lagi.
“Apa hanya karena kamu bosan dengan model soal pilihan ganda, terus jadi milih untuk membangkang sama soal?”
“Bosan dengan model soal pilihan ganda itu sudah pasti … dan …aku jenuh sama guru yang ngajarin pelajaran pake metode menghafal … aku sama sekali nggak paham apa-apa kalau belajar dengan cara menghafal, Bu ….”
“Menghafal, ya … kamu sudah pernah bilang sebelumnya sama Ibu kalau belajar dengan cara menghafal, kamu nggak paham dengan pelajarannya.”
“Awalnya aku nggak paham … tapi semakin ke sini aku jadi jenuh sama cara belajar kayak gini, Bu …. “
“Setiap ada pelajaran baru, teorinya harus dihafal. Belajar biologi apalagi … nama tanaman dihafal, nama-nama virus harus dihafal, nama-nama bakteri juga ….”
“Ya, terus kalau kamu jenuh untuk menghafal itu semua, bagaimana mau paham sama pelajaran yang diajarkan guru, Nak?”
“Aku nggak menghafal pelajarannya, Bu … tapi aku mencoba untuk memahami konsep dari pelajarannya … aku mencoba untuk membuat pertanyaan besar dari apa yang aku pelajari, dan pertanyaan itu yang jadi alasanku untuk terus belajar sampai aku bertemu dengan jawaban dari pertayaan yang aku pertanyakan.”
“Dan kamu paham dengan cara belajar seperti itu?”
“Jelas paham lah, Bu ….”
Pertanyaan terakhir ditutup dengan jawaban singkat dan Ibu yang menghabiskan teh celup hangatnya.
“Sudah malam, lebih baik kamu tidur, supaya besok bisa mengerjakan soal ujian dengan tenang, nggak membangkang lagi kayak tadi pagi.” Ibu lalu bangkit dari duduknya sembari membawa cangkir kosong bekas teh celup hangat yang sudah habis dicucupnya.
***
Silakan kalian kerjakan soal dengan teliti dan manfaatkan waktu sebaik-baiknya, karena soal-soal yang saya berikan bukan soal hafalan, melainkan soal-soal penalaran, jadi saya harap kalian dapat mengerjakannya dengan teliti. Terimakasih.
Sebuah pesan dari Guru tentang soal ujian yang baru diberikannya murid-muridnya yang bakal mengerjakannya di rumah masing-masing. Sebuah pesan yang cukup berbeda dari pesan-pesan guru pada umumnya berkaitan dengan soal ujian. Aku jadi penasaran untuk membuka soal yang baru saja diberikan oleh Guru kepada murid-muridnya untuk dikerjakan.
Ketika aku membuka soal yang baru saja diperintahkan untuk dikerjakan, aku terkejut melihat betapa sedikitnya soal yang harus aku kerjakan dengan teliti. Sebelum aku mengerjakan soal-soal yang hanya lima itu, terlebih dahulu aku melihat sekilas pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ditanyakan pada masing-masing soal.
Dan lagi-lagi aku terkejut dengan model soal yang luar biasa … semua soal yang harus aku kerjakan adalah soal-soal esai panjang, tidak ada soal pilihan ganda yang sangat membosankan …. Eureka!
Tepat sebelum aku mengerjakan soal ujian yang diberikan oleh Guru, sebuah pesan Whatapp membuat tanganku refleks membukanya. Pesan Whatapp dari Guru!
“Halo … selamat pagi, Iksana … semoga harimu menyenangkan dengan soal-soal ujian yang saya berikan … semangat untuk mengerjakannya … mudah, kok … hanya 5 soal yang saya berikan … nggak perlu banyak mikir, langsung kerjakan saja … SELAMAT MENGERJAKAN SOAL, IKSANA ….”
“Hai, Guru … selamat pagi juga … hehehe … terimakasih banyak sudah memberikan soal yang mengejutkan hari ini … hehehehe … soal yang Guru berikan sangat berbeda dari soal-soal yang saya dapati dari guru lain … jadi semangat nih ngerjainnya ….”
Tidak lama berselang, pesan Whatapp dari Guru kembali masuk.
“Masa, sih … soal yang saya berikan berbeda dari soal-soal yang diberikan oleh guru lain?”
‘Iya, Guru … berbeda 180 derajat … sebelumnya saya mendapat soal pilihan ganda melulu … sampai-sampai saya bosan mengerjakannya … hehehehe. Oiya, Guru … kenapa Guru memilih untuk memberikan soal-soal esai untuk ujian ini?”
Lima menit pesan yang aku kirimkan tak kunjung dibalas, aku lalu mencoba mengerjakan satu soal dari lima soal ujian yang baru saja diberikan oleh Guru. Walaupun hanya lima soal, tetapi di setiap soal menuntut untuk menjawab dengan rinci dan pertanyaannya pun cukup membuat otak memanas.
“Hehehehe … saya sengaja buat soal semacam itu … karena pengalaman yang saya alami kalau murid dikasih soal pilihan ganda aja, ya … kurang menantang … hehehe … dan dalam keadaan seperti ini, ujian dilaksanakan di rumah masing-masing … murid dan guru nggak perlu datang ke sekolah, akses internet sangat memadai untuk menyelenggarakan segala aktivitas termasuk ujian ini, ya … saya jadi khawatir dengan penyalahgunaan internet oleh murid-murid. Ujian pake internet, hampir semua orang ujian di rumah masing-masing … saling terhubung di dalam jaringan. Kalau saya kasih soal plihan ganda takutnya ya … banyak yang nyontek dari internet. Bingung dengan soal ujian, tinggal buka mesin pencari, ketemu deh jawabannya. Kan jadi nggak seru ujiannya … lama-lama kalau seperti ini terus, otak murid nggak akan berkembang, dikasih ujian yang gampang … eh, ngerjainnya pake nyontek segala … bisa-bisa jadi lulusan yang tumpul otaknya. Jadinya saya lebih memilih untuk memberikan soal-soal esai yang jawabannya nggak cuma satu kata aja … bisa satu paragraf mungkin jawabannya … hehehe … kalau model soal macam ini kan jawabannya berdasarkan pemahaman kalian, bukan milih A, B, C, atau D aja, jadi ya … semoga dengan model soal macam ini, saya berharapnya murid-murid nggak menyalahgunakan internet untuk mencari jawaban dari soal-soal ujian … hehehehe ….”
***
Suara alarm dari hape-ku membangunkanku dari mimpi indah bersama dengan Guru. Sontak tanganku mengambil hape yang membangunkanku dari tidur lalu membuka Whatapp untuk mengecek informasi apa saja yang masuk di pagi hari ini.
Selamat pagi anak-anak … semoga selalu dalam keadaan sehat walafiat, hari ini masih dalam rangkaian pekan ujian akhir semester, semangat untuk menghadapi ujian di hari ini … dan selamat mengerjakan ujian dengan teliti.
Formalitas guru, menyemangati murid-muridnya untuk menghadapi ujian.
Pukul setengah delapan pagi, aku sudah bersiap di depan laptopku, di samping kiriku sudah bersiap hape yang menjadi alat untuk memperoleh informasi mengenai soal ujian hari ini.
Silakan kalian kerjakan soal dengan teliti dan pilihlah jawaban yang benar. Total ada 35 soal dengan waktu pengerjaan hanya dua jam, manfaatkan waktu sebaik mungkin. Soal via Google Form akan saya tutup aksesnya sesaat setelah selesainya waktu ujian.
Dan ujian pun dimulai.



Created by : Muhammad Lutfi Subhan - Analogipagi 


No comments:

Post a Comment

KETIKA HUJAN TURUN

  https://asset.kompas.com Sore itu di jalan O tista , Bogor,   seorang kakek bernama Sarmin yang masih setia menjaga tempat percetakan ke...